REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Tahun 2013 digadang-gadang sebagai tahun dimana Jepang akan mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai pasar musik terbesar di dunia. Hal luar biasa lainnya adalah pertumbuhan di pasar Jepang dari penjualan fisik musik, seperti CD dan DVD masih tetap lebih tinggi dibandingkan penjualan digital.
Ini tentunya menjadi anomali tersendiri bagi industri musik dunia yang kenyataannya sudah didominasi digital.
Federation of the Phonographic Industry (IFPI) menunjukkan AS dan Jepang menyumbang setengah dari industri rekaman global. AS hanya unggul 1,3 persen atas Jepang.
Jepang meningkat empat persen dibandingkan akhir 2011. Recording Industry Association of Japan (RIAJ) mencatat penjualan digital di Jepang tahun ini diproyeksikan 70 persen lebih tinggi dibandingkan 2012.
Dilansir dari Aramatheydidnt, Rabu (26/6), penjualan nada dering dan lagu single menjadi kontributor terbesar dalam penjualan musik digital di Jepang tahun ini. Namun, yang menjadi cerita sesungguhnya adalah kebangkitan penjualan fisik dalam musik Jepang.
Seseorang memiliki ide cemerlang untuk menginvestasikan kembali musik dalam kemasan fisik CD dan DVD di Jepang, mulai dari genre musik J-pop dan K-pop, artis solo populer, dan genre lainnya yang kembali booming pada 2012.
Penjualan CD di Jepang hampir dua kali lipat pada kuartal pertama tahun ini dan pendapatan berbasis CD naik 92 persen. Bahkan, 80 persen pendapatan dari pasar Jepang berasal dari penjualan fisik CD.
Hal ini juga sebagian karena hukum pemerintah Jepang yang mengkriminalisasi sikap mengunduh (download) secara ilegal.
Aturan perlindungan ketat bagi industri musik di Jepang dinilai banyak kalangan perlu menjadi titik pembelajaran. Khususnya, bagi industri musik di Indonesia untuk merevitalisasi penjualan fisik CD dan DVD mereka.
0 komentar:
Posting Komentar
"Komentar support Emoticon Standar"
Silahkan berkomentar dengan sopan dan bijak.