TEMPO.CO, Jakarta - Menggambar dan mendengarkan musik dapat membantu gerakan motorik pasien yang menderita parkinson menjadi lebih baik. Penyakit parkinson adalah penyakit degenarasi saraf yang progresif, disebabkan oleh matinya sel inti nigra dalam otak. Sel ini bertugas memproduksi dopamin dalam otak manusia.
"Ini karena mendengarkan musik dan melukis dapat membantu pasien parkinson menggunakan otaknya untuk merasakan irama musik atau merasakan gerakan motoriknya ketika melukis," ujar dokter spesialis saraf yang juga Ketua Yayasan Peduli Parkinson, Banon Sukoandari, dalam peringatan Hari Parkinson Sedunia, di Energy Cafe, Jakarta, Kamis, 11 April 2013.
Gejala umum parkinson: melambatnya seluruh gerakan motorik--dikenal dengan istilah bradikinesia, kekakuan lingkup gerak sendi--dikenal dengan istilah rigiditas, dan gemetar--dikenal dengan istilah tremor. Penderita parkinson juga mengalami ketidakseimbangan tubuh ketika melakukan mobilisasi gerak seperti berjalan atau berlari.
"Gejala biasanya memburuk secara bertahap dari waktu ke waktu," kata Banon. Karena itu, pasien parkinson tidak hanya membutuhkan obat untuk mengurangi gangguan gerakan motorik tubuhnya. Mereka juga memerlukan terapi seni seperti melukis dan mendengarkan musik. "Tentunya untuk membantu terapi gerak, yang digunakan adalah musik berirama keras dan memiliki hentakan-hentakan," Banon menambahkan.
Sedangkan untuk melukis, pasien parkinson dibiasakan melukis tanpa alat, langsung menggunakan jari mereka. Jari-jari dicelupkan ke dalam cat, kemudian digunakan untuk melukis apa pun di atas kertas. Dari gambar atau coret-coretan tersebut, dokter spesialis saraf dapat menganalisis sejauh mana perkembangan parkinson yang diderita seseorang.
Dokter Diatri Nari Lastri, Spesialis Syaraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyatakan penyebab parkinson ada tiga hal. Penyebabnya yaitu lingkungan, genetis, dan degenerasi atau penuaan. Namun penyebab terperinci parkinson, menurut Diatri, hingga saat ini belum diketahui. "Apalagi analisis perkembangan penyakit parkinson itu tidak bisa dalam hitungan dua atau tiga bulan," kata Diatri, di tempat yang sama.
Dokter, menurut Diatri, biasanya memantau perkembangan gejala dalam diri seseorang bukan hanya melalui penampilan perilaku atau performance. Ada sejumlah obat yang harus diberikan, kemudian dilihat reaksinya dalam beberapa waktu. Salah satunya adalah obat parkinson bernama levodopa.
"Bila pemberian levodopa tidak ada peningkatan apa-apa, maka dapat ditarik kesimpulan awal bahwa penyakit yang diidap bukan parkinson," ujar Diatri. Karena itu, kata dia, hanya dokter spesialis saraf yang bisa mengindentifikasi apakah sebuah gangguan gerak itu dapat berkembang menjadi parkinson atau penyakit lain.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar
"Komentar support Emoticon Standar"
Silahkan berkomentar dengan sopan dan bijak.