Komnas PA: Musik Indonesia tidak Butuh Industri Rokok




Metrotvnews.com, Jakarta: Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyatakan penyelenggaraan festival musik seperti Java Jazz Festival tidak perlu mengandalkan dukungan dari industri rokok.

"Penyelenggaraan Java Jazz Festival 2009-2011 yang tidak disponsori produk rokok telah mementahkan pernyataan para musisi dan penyelenggara bahwa acara musik tidak didukung industri selain rokok," kata Ketua Umum Komnas PA Arist Merdeka Sirait, Senin (4/3).

Menurut pantauan Komnas PA, penyelenggaraan Java Jazz Festival 2012 membuktikan acara tersebut tidak hanya diikuti orang dewasa melainkan juga anak-anak dan remaja.

Meskipun dalam berbagai media iklan yang mempromosikan acara tersebut tertulis bahwa rokok hanya untuk usia 18 tahun ke atas, tetapi hal itu tidak dapat melindungi anak dari iklan dan pengaruh rokok.

"Ketika industri rokok memberikan sponsorship untuk acara-acara olahraga dan musik, mereka sesungguhnya menargetkan supaya anak-anak menganggap merokok itu cool dan hebat," seru Arist.

Bentuk pemasaran seperti itu, kata Arist, mengakibatkan banyak anak di bawah umur tergoda untuk mengonsumsi rokok tanpa mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan.

"Tugas kitalah sebagai orang dewasa untuk memberikan perlindungan bagi generasi penerus bangsa," ujarnya.

Survei yang dilakukan Komnas PA menunjukkan 81% remaja Indonesia pernah menghadiri acara yang disponsori perusahaan rokok. Sementara itu, prevalensi perokok anak dan remaja usia 10-14 tahun meningkat enam kali lipat dalam 12 tahun terakhir.

Menurut Komnas PA, itu membuktian adanya korelasi yang kuat antara agresifnya iklan, promosi, dan sponsor rokok dengan meningkatnya prevalensi merokok anak.

Iklan, promosi, dan sponsor membangkitkan alam bawah sadar anak sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi-informasi yang didengar, dilihat, dan dialami.

"Dengan paparan seperti itu, ditambah pengamatan lingkungan orang tua dan teman yang merokok, akan terbentuk pola pikir anak yang menganggap perlu merokok agar diterima dalam pergaulan," kata psikolog Liza Marielly Djapri.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

"Komentar support Emoticon Standar"

Silahkan berkomentar dengan sopan dan bijak.