BICARA tentang cita-cita ke depan, Isyana menyebut sekolah musik sebagai mimpi terbesarnya.
Masih sangat dini, tapi peraih cum laude dari sekolah musik Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura itu, sudah sangat detail menjabarkan peran dan fungsinya nanti di sekolah. Salah satunya sebagai guru musik yang terjun langsung mengajar.
Pengalaman mengajar musik saat masih bersekolah di Singapura membuat Isyana percaya diri.
“Selama dua tahun aku mengajar musik di Singapura. Punya murid sekitar 10 orang. Mulai dari anak kecil hingga yang jauh lebih tua daripadaku. Banyak tantangannya, tapi tidak membuatku takut atau kapok,” cerita Isyana yang termasuk tipe guru galak dan dominan. “Pernah ada murid yang umurnya 40 tahun. Setiap kali belajar musik, anehnya, dia selalu merasa terharu. Tidak tahu kenapa. Aku cuma bisa menghiburnya, ha ha ha. Sok tahu banget, ya?”
Adapun alasan mengapa kuat keinginan Isyana menjadi guru, karena ada rasa ingin berbagi dalam diri. Ilmu pengetahuan harus diturunkan dan ditularkan kepada orang lain. Ayahnya, psikolog Sapta Dwikardana, selalu mengajarkannya untuk berbagi kepada yang membutuhkan. Ibunya sendiri, Luana Marpanda, seorang guru musik.
“Lagi pula ada tantangannya juga—aku sangat suka tantangan. Faktanya, tidak semua musisi bisa jadi pengajar. Nah, aku ingin menjadi musisi yang juga bisa berbagi ilmu,” bilang Isyana.
“Dan mengajar itu benar-benar tidak mudah. Aku sendiri masih kurang sabar dengan murid yang belum punya dasar (bermusik). Memberitahukan mereka do-re-mi, rasanya membutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Mungkin nanti lebih baik aku mengajar kelas intermediate atau advanced,” imbuh musisi yang perfeksionis ini.
very informative post for me as I am always looking for new content that can help me and my knowledge grow better.
BalasHapusAmazing blog and very interesting stuff you got here!
BalasHapus